Aksi Kecil di Kota Besar: Jumat Berkah Minim Sampah
Aksi Kecil di Kota Besar: Jumat Berkah Minim Sampah
Sumber: Getty Images/Corbis
SuaraBaya— Berbagi makanan pada hari Jumat kini menjadi sebuah tradisi sosial yang begitu bermakna dan mendapat tempat istimewa di hati masyarakat. Kegiatan berbagi tersebut kini akrab disebut “Jumat Berkah”. Kegiatan Jumat Berkah telah berkembang menjadi sebuah aktivitas rutin yang melibatkan berbagai kalangan, mulai dari komunitas lokal, organisasi kemanusiaan, hingga pada kelompok relawan yang tersebar di berbagai daerah. Kegiatan berbagi makanan di hari Jumat biasanya berupa makanan yang dibagikan secara gratis kepada jamaah masjid maupun warga sekitar selepas salat Jumat. Selain itu, sasaran dari pemerolehan jumat berkah ini biasanya adalah para pekerja dan warga kurang mampu.
Diyakini bahwa berbagi pada hari Jumat akan mendatangkan keberkahan yang lebih banyak ketimbang hari lain. Hari Jumat dianggap sebagai hari mulia dalam nilai keagamaan, di mana pahala amal kebaikan dilipatgandakan, sehingga kegiatan berbagi pada hari ini mendapat keberkahan lebih besar. Kegiatan ini juga menanamkan kebiasaan baik serta membentuk karakter kepedulian sosial pada diri seseorang. Karenanya, bersedekah pada hari ini dipercaya memiliki nilai spiritual yang lebih tinggi. Selain itu, bagi para pelaku kegiatan, kegiatan ini dapat mempererat tali persaudaraan, membangun rasa kebersamaan dalam komunitas, serta menumbuhkan nilai kedermawanan. Dalam prosesnya, para pelaku kegiatan lantas mengusahakan agar makanan yang akan dibagikan memiliki nilai gizi dengan menu yang lengkap dan layak untuk dibagikan kepada orang lain.
Surabaya, sebagai kota dengan perkembangan modernitas dan kemajuan yang pesat, memiliki masyarakat yang tetap menjaga nilai sosial dan keagamaan seperti Jumat Berkah. Tradisi ini tetap dipertahankan dan dijalankan secara konsisten di tengah kehidupan kota yang serba cepat dan modern. Hal ini menunjukkan adanya keseimbangan antara kemajuan teknologi dan ekonomi dengan nilai-nilai sosial dan spiritual yang menjadi identitas budaya masyarakatnya. Nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi pondasi penting dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa kegiatan mulia itu justru menimbulkan efek yang merugikan bagi lingkungan, yakni penumpukan sampah akibat penggunaan wadah makanan sekali pakai. Sampah-sampah yang dihasilkan akibat penggunaan wadah makanan yang belum ramah lingkungan umumnya berbahan plastik atau styrofoam yang sulit terurai untuk tanah. Bahan plastik atau styrofoam masih sering digunakan dalam tradisi Jumat Berkah sebab memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena praktis, murah, dan mudah ditemukan. Bahan styrofoam tidak sepenuhnya terurai oleh tanah, tetapi berubah menjadi mikroplastik yang dapat mencemari lingkungan. Tak hanya itu, styrofoam juga dapat membahayakan tubuh karena mengandung zat berbahaya, seperti benzena dan styrene.
Sampah plastik menyumbang 14% dari total pengelolaan sampah kota di Surabaya, yaitu sekitar 111.300 ton sampah plastik per tahun. Sebesar 27% dari sampah plastik adalah kantong plastik, 18% adalah plastik layanan makanan sekali pakai. Sementara itu, 74,3% dari semua sampah plastik yang dihasilkan berakhir di TPA Benowo, satu-satunya pembuangan akhir di Surabaya.
Dilansir dari citarumharum.jabarprov, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan penelitian di 18 kota utama Indonesia. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa sebanyak 270.000 hingga 590.000 ton sampah masuk ke laut Indonesia selama 2018. Dari jumlah sampah tersebut, didominasi oleh styrofoam. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan styrofoam masih banyak digunakan meski sudah diketahui efek samping yang ditimbulkan.
Material berbahan plastik atau styrofoam sulit terurai dan menjadi penyumbang utama sampah anorganik yang menumpuk di lingkungan sekitar lokasi pembagian makanan. Selepas kegiatan berbagi makanan, banyak sampah berupa bungkus makanan, kantong plastik, hingga styrofoam berserakan di area masjid, jalan, atau tempat umum lainnya. Penumpukan sampah dari kegiatan Jumat Berkah ini dikhawatirkan turut menambah beban pengelolaan sampah kota yang sudah cukup besar, mengingat Surabaya sedang menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan limbah rumah tangganya.
Solusi yang dapat ditawarkan terkait permasalahan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan wadah makanan sekali pakai dapat dilakukan dengan diadakan makan bersama selepas salat Jumat di masjid. Selain mengurangi sampah, aktivitas ini juga dapat mempererat tali persaudaraan antarjamaah dan pelaku kegiatan. Selain itu, penggambaran suasana kebersamaan dengan adanya gotong royong dalam mempersiapkan kegiatan Jumat Berkah juga akan mendatangkan keberkahan. Contoh konkret lain seperti yang dilakukan oleh seorang influencer Astri Puji Lestari, yaitu menginisiasi kegiatan berbagi tanpa menimbulkan sampah plastik yang disuarakan melalui tagar #JumatBerkahMinimSampah.
Niat baik sosial perlu diimbangi dengan sikap baik juga terhadap lingkungan. Jangan sampai abai terhadap masalah yang akan ditimbulkan akibat niat baik tersebut. Sinergi antara masyarakat, penyelenggara, dan pemerintah dalam menyediakan fasilitas pengelolaan sampah menjadi kunci keberlanjutan kegiatan Jumat Berkah yang lebih peduli lingkungan.
Nimas Fatmawidya
Muhimatul Khoiriyah